Nusaherang - Alur Sungai Cisanggarung dan Sungai Ciherang sekitar permukiman warga
Desa dan Kec. Nusaherang, Kab. Kuningan, belakangan ini mulai dihiasai
banyak kubangan buatan mirip kolam berpematang dari tumpukan batu dan
kerikil. Di dekat setiap kolam kecil tersebut dilengkapi tempat duduk,
berupa saung kecil, kursi kayu, atau sekadar batu cukup untuk diduduki
seorang dewasa.
Kubangan mirip kolam di dua alur sungai itu, umumnya dibuat berbentuk
agak persegi panjang dan oval dengan luas genangan rata-rata hanya
sekitar dua sampai tiga meter persegi. Kedalaman genangannya pun cukup
dangkal, rata-rata hanya belasan centi meter sampai sekitar 30 centi
meter.
Kubangan kolam-kolam seukuran tersebut tadi dibuat memanjang
mengikuti arah arus sungai dilengkapi dua sampai tiga titik pintu air.
Satu di arah hilir, dan satu atau dua pintu air di bagian samping. Oleh
karena posisi pintu airnya itu, genangan air sungai dalam kolam-kolam
kecil itu pun, cukup tenang.
Kolam dalam sungai itu menurut warga sekitar biasa dibuat masyarakat
yang gemar menangkap ikan perairan bebas di dua sungai itu, setiap musim
kemarau. Sasaran serta ikan yang sering tertangkap kolam itu, sebagian
besar berupa induk ikan sungai yang sedang mencari tempat untuk
bertelur. "Jenis ikan yang paling banyak dan sering tertangkap
kolam-kolam ini, adalah ikan nilem dan embrek. Ikan embrek itu, mirip
ikan patin kecil," ujar Suparman (61), seorang warga yang sedang
membersihkan salah satu kolam tersebut di Sungai Cisanggarung, Blok
Leuwikadu, Desa Nusaherang, Minggu (29/7) pagi.
Suparman dan sejumlah warga lainnya di desa tersebut, menuturkan,
aktivitas penangkapan ikan menggunakan kolam di sungai itu biasa
dilakukan pembuat kolam pada malam hari, rata-tara mulai sekitar pukul
22.00 hingga tengah malam. Waktu tersebut dipilih karena berdasarkan
pengalaman, pada jam-jam tersebut banyak induk ikan jenis tersebut tadi
mencari tempat untuk bertelur.
Ikan-ikan sungai yang akan betelur menurut warga di sekitar sungai
itu, biasanya berenang melawan arus air mencari genangan air tenang.
"Maka dengan dibuatkan kolam-kolam seperti ini, ikan-ikan sungai yang
akan bertelur berbondong-bondong berenang masuk dan segera dijebak di
kolam-kolam ini," ujar Suparman.
Kendati pada malam hari, ada tidaknya ikan yang masuk ke kolam-kolam
tersebut, diketahui oleh penunggu kolam antara lain dari tanda-tanda
suara air. Malahan adanya ikan yang masuk ke kolam jebakan itu, menurut
masyarakat pada saat terang cahaya bulan bisa terlihat secara kasat
mata, karena air sungai di sekitar desa tersebut selama ini masih
relatif jernih.
Desa Nusaherang - Selain itu, keberadaan ikan air tawar di kedua sungai itu pun,
menurut warga sekitar hingga saat ini masih banyak dan terus
berkembangbiak. Apalagi di bagian alur Sungai Cisanggarung, yang selama
ini sekaligus berfungsi sebagai penyalur air dari pintu air Waduk Darma.
Suparman dan sejumlah masyarakat Desa Nusaherang di sekitar sungai
tersebut menuturkan, penangkapan ikan cara tradisional dengan kolam
jebakan tersebut tadi, sudah menjadi budaya turun-temurun dari generasi
ke generasi masyarakat Nusaherang dan sekitarnya, setiap musim kemarau.
Di samping itu, kadang-kadang ada juga yang menangkap ikan di sungai itu
dengan menggunakan jala dan kail.(A-91/A-147)***
Sumber : Harian Pikiran Rakyat
0 komentar:
Posting Komentar