f Masyarakat Nusaherang Lestarikan Cara Tradisional Menangkap Ikan ~ Desa Nusaherang
Nusaherang Tandang Nyandang Kahayang
Gunung Ciremai sakitu marahmay..sok ras emut ka lembur Nusaherang nu ninggalkeun salaksa katineung..Bersih dan rapih jalan Desa NusaherangCeremonial Pembukaan Kegiatan Pamatri Tatali Wargi Jilid 2Reog On The Street pd pembukaan Pamatri Tatali Wargi Jilid 3Peringatan Hut RI ke-68Calung Junior Nusaherang on the street kegiatan Car Free Day Kab. KngVolley Ball kegiatan rutin tahunan PORKAM

Senin, 30 Juli 2012

Masyarakat Nusaherang Lestarikan Cara Tradisional Menangkap Ikan

tempat pemijahan dibuat dengan mengumpulkan batu kerikil
Nusaherang - Alur Sungai Cisanggarung dan Sungai Ciherang sekitar permukiman warga Desa dan Kec. Nusaherang, Kab. Kuningan, belakangan ini mulai dihiasai banyak kubangan buatan mirip kolam berpematang dari tumpukan batu dan kerikil. Di dekat setiap kolam kecil tersebut dilengkapi tempat duduk, berupa saung kecil, kursi kayu, atau sekadar batu cukup untuk diduduki seorang dewasa.

Kubangan mirip kolam di dua alur sungai itu, umumnya dibuat berbentuk agak persegi panjang dan oval dengan luas genangan rata-rata hanya sekitar dua sampai tiga meter persegi. Kedalaman genangannya pun cukup dangkal, rata-rata hanya belasan centi meter sampai sekitar 30 centi meter.
Kubangan kolam-kolam seukuran tersebut tadi dibuat memanjang mengikuti arah arus sungai dilengkapi dua sampai tiga titik pintu air. Satu di arah hilir, dan satu atau dua pintu air di bagian samping. Oleh karena posisi pintu airnya itu, genangan air sungai dalam kolam-kolam kecil itu pun, cukup tenang.
Kolam dalam sungai itu menurut warga sekitar biasa dibuat masyarakat yang gemar menangkap ikan perairan bebas di dua sungai itu, setiap musim kemarau. Sasaran serta ikan yang sering tertangkap kolam itu, sebagian besar berupa induk ikan sungai yang sedang mencari tempat untuk bertelur. "Jenis ikan yang paling banyak dan sering tertangkap kolam-kolam ini, adalah ikan nilem dan embrek. Ikan embrek itu, mirip ikan patin kecil," ujar Suparman (61), seorang warga yang sedang membersihkan salah satu kolam tersebut di Sungai Cisanggarung, Blok Leuwikadu, Desa Nusaherang, Minggu (29/7) pagi.
Suparman dan sejumlah warga lainnya di desa tersebut, menuturkan, aktivitas penangkapan ikan menggunakan kolam di sungai itu biasa dilakukan pembuat kolam pada malam hari, rata-tara mulai sekitar pukul 22.00 hingga tengah malam. Waktu tersebut dipilih karena berdasarkan pengalaman, pada jam-jam tersebut banyak induk ikan jenis tersebut tadi mencari tempat untuk bertelur.
Ikan-ikan sungai yang akan betelur menurut warga di sekitar sungai itu, biasanya berenang melawan arus air mencari genangan air tenang. "Maka dengan dibuatkan kolam-kolam seperti ini, ikan-ikan sungai yang akan bertelur berbondong-bondong berenang masuk dan segera dijebak di kolam-kolam ini," ujar Suparman.
Kendati pada malam hari, ada tidaknya ikan yang masuk ke kolam-kolam tersebut, diketahui oleh penunggu kolam antara lain dari tanda-tanda suara air. Malahan adanya ikan yang masuk ke kolam jebakan itu, menurut masyarakat pada saat terang cahaya bulan bisa terlihat secara kasat mata, karena air sungai di sekitar desa tersebut selama ini masih relatif jernih.
Desa Nusaherang - Selain itu, keberadaan ikan air tawar di kedua sungai itu pun, menurut warga sekitar hingga saat ini masih banyak dan terus berkembangbiak. Apalagi di bagian alur Sungai Cisanggarung, yang selama ini sekaligus berfungsi sebagai penyalur air dari pintu air Waduk Darma.
Suparman dan sejumlah masyarakat Desa Nusaherang di sekitar sungai tersebut menuturkan, penangkapan ikan cara tradisional dengan kolam jebakan tersebut tadi, sudah menjadi budaya turun-temurun dari generasi ke generasi masyarakat Nusaherang dan sekitarnya, setiap musim kemarau. Di samping itu, kadang-kadang ada juga yang menangkap ikan di sungai itu dengan menggunakan jala dan kail.(A-91/A-147)***
Sumber : Harian Pikiran Rakyat

0 komentar:

Posting Komentar